Kemandirian finansial bukan lagi pilihan, tetapi keharusan bagi perguruan tinggi di era ekonomi berbasis pengetahuan. Di sinilah dana abadi—selaras dengan prinsip wakaf uang dalam Islam—menjadi strategi cerdas untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing institusi. 

Di tengah era permakrisis yang sarat ketidakpastian dan disrupsi digital, dunia membutuhkan pemimpin dengan cara pandang baru—bukan sekadar pengendali, tapi penyatu arah, makna, dan nilai. Artikel ini mengungkap bagaimana kepemimpinan holistik—yang memadukan rasionalitas modern, kedalaman spiritual, dan prinsip syariah—dapat menjadi kompas di tengah badai perubahan global. 

Flexing, pinjol, dan budaya konsumtif membuat banyak orang terjebak dalam stres finansial. Tapi ada jalan lain: perencanaan keuangan berbasis tauhid — pendekatan yang bukan hanya cerdas secara ekonomi, tetapi juga menenangkan secara spiritual. 

Kita hidup di zaman ketika investasi bisa dilakukan dalam satu klik, tapi kebijaksanaan finansial justru semakin langka. Banyak yang terjerat utang, tergoda iming-iming cepat kaya, dan lupa bahwa harta sejatinya adalah amanah. Melalui Maqashid Syariah, perencanaan keuangan menemukan makna baru: bukan lagi soal angka, tapi tentang niat, keberkahan, dan tanggung jawab. 

Pasar modal syariah tak lagi milik segelintir elite finansial—ia kini menjadi panggung bagi generasi muda yang ingin menanam nilai, bukan sekadar modal. Didukung teknologi dan semangat literasi baru, investasi syariah berubah dari sekadar aktivitas ekonomi menjadi gerakan kesadaran finansial yang berakar pada etika dan keberkahan.